TEMPO.CO, Banyuwangi -Ratih Nur Cahyani, 46 tahun, keluar dari poli kulit dan kelamin dengan wajah sumringah. Dia langsung mendekati sahabatnya, Rudia Hartiningsih di ruang tunggu pasien. “Ternyata kamu benar, tidak sakit. Prosesnya juga cepat,” kata Ratih sambil merapikan pakaiannya.
Bayangan Ratih tentang pap smear berubah 180 derajat sejak menerima ajakan temannya itu untuk menjalani di Rumah Sakit Yasmin, Kabupaten Banyuwangi, Rabu siang, 3 September 2014. Ratih juga tidak bisa menepis peran program Jaminan Kesehatan Nasional yang menggratiskan layanan pemeriksaan sel untuk deteksi dini kanker leher rahim tersebut.
“Usia saya kan tergolong rawan kena kanker, tapi sekarang saya bisa lega kalau saya dipastikan aman,” kata ibu rumah tangga yang bersuamikan seorang polisi itu. (Baca: Sepertiga Perempuan 20-an Lewatkan Pap Smear)
Rudia sendiri mengaku sudah dua kali dia melakukan tes pap smear. Pap smear pertama, dia lakukan pada 10 tahun lalu. “Setelah itu tak pernah lagi tes karena dikenai biaya,” katanya.
Ibu dua anak itu baru tergerak tes lagi setelah mendapatkan brosur dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang berisi layanan gratis untuk pap smear. Dia pun aktif mengajak kawan-kawan perempuannya, seperti Ratih, untuk memeriksakan diri.
Kini, setiap harinya, Rumah Sakit Yasmin selalu didatangi 2-5 pasien perempuan untuk tes pap smear. Manajer Marketing rumah sakit tersebut, Agus Rianto, mengatakan, jumlah pasien tes pap smear memang meningkat drastis sejak digratiskan. Sebelum gratis, hanya 1-2 perempuan dalam setiap bulannya. “Sekarang, satu bulan saja sudah ada 100 pasien pap smear,” kata Agus.
Apa saja syarat pap smear gratis